MITOS BUNGA BUGENVIL

    Setiap pencinta bunga pasti mengenal bugenvil. Tanaman tropis asal negara Brazil ini terkenal sebagai tanaman hias yang memikat mata. Bugenvil memiliki banyak varietas yang menampilkan bunga beraneka warna, seperti merah muda, merah tua, putih, ungu, atau kuning. Kuntum bunga bugenvil terdiri dari lembaran kelopak bunga. Ketika mengering kelopak bunga ini menyerupai helaian kertas coklat yang tipis. Karenanya di daerah Melayu bugenvil disebut juga bunga atau kembang kertas.

    Kalaupun ada orang tidak suka menanam bugenvil, itu lebih karena daun dan kuntum bunga bugenvil mudah rontok. Jika ditiup angin menimbulkan tebaran sampah di mana-mana. Selain itu, tanaman perdu ini memiliki akar yang kuat. Bila ditanam di tanah, akar bugenvil bisa menjalar menggerogoti bangunan di dekatnya, mengakibatkan tembok menjadi retak-retak bahkan pecah-pecah. Keengganan mengoleksi bugenvil dapat pula dipicu oleh mitos yang menganggap bugenvil memiliki daya magis mengundang keretakan dalam rumah tangga. Usut punya usut, kemungkinan mitos ini diembuskan oleh para leluhur yang benci bugenvil karena tanaman ini dibawa pertama kali ke Indonesia oleh bangsa Eropa tatkala menjajah Indonesia ratusan tahun lalu.

    Bunga ini memiliki manfaat yaitu dapat dijadikan obat hepatitis.Terlepas dari keelokan warna-warni bunga dan bayangan mitos yang menyelimutinya, bugenvil sebetulnya patut ditanam di pekarangan. Menurut Prof. Hembing Wijayakusuma dalam buku berjudul "Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia", tanaman berduri yang dapat tumbuh di ketinggtan 1-1400 meter di atas permukaan laut ini dapat difungsikan sebagai obat hepatitis alami. Bagian yang digunakan untuk pengobatan hepatitis adalah batang yang sudah dikeringkan. Pengolahan sangat sederhana, cukup dengan cara direbus saja. Bagian kuntum bunga bugenvil juga berfungsi sebagai obat. Khasiatnya antara lain mengobati penyakit bisul, biang keringat, keputihan, nyeri haid, serta lancarkan haid yang tidak teratur (irreguler menstruation).Sebagai obat, ramuan bugenvil tidak enak di lidah. Rasanya pahit, kelat, dan hangat. Namun dalam ilmu pengobatan tradisional, perpaduan rasa pahit, kelat, dan hangat inilah yang mencirikan adanya khasiat obat, terutama berguna membantu memperlancar lancar peredaran darah di dalam tubuh.

 

 

BISNIS MAWAR YANG KIAN MEKAR

    Tak terelakan kalau citra bunga mawar sebagai bunga perlambang cinta sejak jaman dahulu, memang tak tergantikan, bahkan ditengah gempuran bunga dan tanaman hias yang beraneka ragam, bunga mawar tetap memiliki pangsa pasar yang tinggi. Dunia rupanya makin menyukai mawar, permintaan global akan bunga, khususnya mawar potong terus meningkat. Gunungsari sebagai centra bunga mawar potong yang terdapat di kota agropolitan Batu, terus berbenah dan mengembangkan jenis mawar yang berbunga lebih besar dan lebih indah. Bahkan petani lokal terus giat mengikuti tren dunia akan permintaan bunga mawar di pasaran. mereka tak segan mencoba menaman beberapa varian baru dari bunga mawar, seperti Sweat Lydia(merah muda), Noa(kuning), Lise(Pink), Creamy eden (Kuning gading), Anthique Bouquet, Santa Fe(Kuning), witto(putih),Dorit(merah Tua), Astral(merah), Eden Romantica, Second Love, Nynke, sara, amant, dan Petra(merah), yang saat ini permintaannya tinggi. Meski pasar lokal saat ini sedang gencar-gencarnya diserbu beberapa jenis bunga hias dan tanaman hias, seperti anthurium, phylo, adenium dan lain sebagainya, namun mawar tetap memiliki pendukung setia, yang menjaga pasarannya tetap stabil. bahkan mitos bunga mawar sebagai simbol kasih sayang, semakin melambungkan harganya, lebih lebih mendekati moment-moment tertentu.

 

 

BACK